Banjarmasin – Covid-19 atau coronavirus yang telah membebani sebagian besar masyarakat di dunia memang tidak terlihat dengan kasat mata, tetapi dampaknya sangat luar biasa dan dapat dirasakan oleh tubuh yang terinfeksi. Upaya pemerintah untuk menghentikan pandemi ini, salah satunya ialah dengan menyuntikkan vaksin ke setiap masyarakat di Indonesia.
Dilansir dari cnbcindonesia.com, Menteri Kesehatan (Menkes) Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 426,8 juta dosis vaksin Covid-19. Rencananya kebutuhan ini akan dipenuhi melalui 5 jenis vaksin Covid-19 yang akan disuntikkan kepada 181,56 juta penduduk Indonesia di mana setiap orang akan disuntik sebanyak dua kali dan cadangan sebesar 15% sesuai dengan arahan WHO.
Awal Desember lalu, Kemendikbud mengeluarkan pedoman penyelenggaraan kuliah tatap muka yang berisi syarat-syarat untuk perguruan tinggi penuhi agar bisa melaksanakan kuliah tatap muka. Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam mengatakan bahwa kebijakan ini hanya mengizinkan penyelenggaraan kuliah tatap muka serta kegiatan akademik lainnya yang berbentuk pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Anggota Tim Pakar untuk Percepatan Penanganan Covid-19 ULM, Hidayatullah Muttaqin, S.E., Pg.D., M.S.I memaparkan penjelasan terkait kabar tersebut.
“Jika penduduk sudah menjalani vaksinasi, perkuliahan tatap muka sebaiknya dilakukan jika situasi pandemi sudah terkendali dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Jadi tolak ukurnya adalah pandemi sudah terkendali,” tuturnya.
Dosen tetap di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ULM ini mengungkapkan bahwa pandemi dikatakan terkendali apabila angka positive rate berada pada tingkat 5% kebawah dalam waktu 2 minggu berturut-turut tetapi dengan syarat RT-PCR memenuhi kriteria WHO, yaitu tes mencapai 1/1.000 penduduk per minggu.
Ia juga menambahkan bahwa jika pandemi sudah terkendali, maka kampus harus melakukan kajian terlebih dahulu bagaimana pelaksanaan kuliah tatap muka dilaksanakan sesuai protokol kesehatan yang ketat, serta sarana dan prasarana apa yang harus disiapkan.
“Jadi jika pandemi belum terkendali, maka jangan diadakan kuliah tatap muka. Sebab itu terlalu berisiko bagi mahasiswa dan dosen,” tegasnya.
Kabar kedatangan mengenai vaksin ini disambut dengan berbagai respon dari masyarakat, salah satunya adalah pertanyaan mengenai apakah ini merupakan kabar baik bagi pendidikan Indonesia untuk dapat segera melakukan pembelajaran secara tatap muka. Salah satu mahasiswa FEB ULM mengutarakan pendapatnya mengenai hal ini.
“Jika adanya vaksin ini memang membantu menstabilkan keadaan bisa saja untuk dipersiapkan pelaksanaan kuliah tatap muka, tinggal bagaimana dari pihak kampus sendiri mengatur sistem perkuliahan yang aman untuk semua pihak bersangkutan,” ujarnya.
Mahasiswi semester 3 ini juga menuturkan dengan kedatangan vaksin Covid-19 ke Indonesia diharapkan agar penanganannya bisa cepat terselesaikan. Walaupun banyak berita-berita negatif tentang vaksin yang beredar di masyarakat, ia berharap pemerintah bisa memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih mengerti mengenai vaksin dan memberikan argumen apabila berita yang beredar tersebut memang tidak benar, sehingga masyarakat lebih terbuka untuk diberikan suntik vaksin Covid-19 ini.
Reporter :
Rasyid Al Izhar
Helma Azizah
Mayra Shafira
Editor
Agus Hermawan