Jurnal Kampus-Peringatan Hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober juga dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat. Meski bukan dalam bentuk penyelenggaraan acara, namun berdasarkan surat edaran dari BEM FEB ULM, seluruh mahasiswa dihimbau mengenakan baju batik/sasirangan saat ke kampus. Surat edaran tertanggal 1 Oktober tersebut disebar melalui akun official Line BEM FEB.
Berdasarkan pantauan tim redaksi, nyatanya masih sangat mudah ditemui mahasiswa yang tidak mengenakan baju batik. Beberapa orang yang sempat diwawancarai mengaku bahwa mereka tidak punya baju batik dan tidak mengetahui adanya himbauan tersebut. Adapun yang sudah mengenakan baju batik kebanyakan mengaku jika mereka melakukan itu karena adanya himbuan.
Ketua Umum BEM FEB memberikan tanggapan mengenai masih banyaknya mahasiswa yang tidak memakai baju batik pada hari ini.
“Mengenakan batik ini adalah program kerja dari BEM FEB untuk semua mahasiswa. Mari sama-sama kita jaga warisan budaya bangsa dan bangga menggunakan batik sebagai identitas bangsa. Harapannya bagi yang belum mengenakan batik di hari ini ke depannya bisa lebih antusias dan bisa membudayakan pengenaan batik ini.,” ujar M. Al-Kahfi Noor Zaldy.
Lain lagi ketika tim redaksi menanyakan secara langsung kepada mahasiswa mengenai alasan 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional. Dari belasan mahasiswa, tak ada satupun yang mengetahui hal tersebut.
“Saya tidak tahu,” ucap salah seorang mahasiswa angkatan 2016.
Walau demikian, sejumlah mahasiswa tetap berharap agar ke depannya batik semakin mendunia dan diterima semua kalangan.
“Semoga anak muda Indonesia tidak malu memakai batik,” ucap Rendy, mahasiswa manajemen angkatan 2018.
Harapan juga datang dari salah seorang mahasiswa Akuntansi. “Harapannya batik semakin mendunia dan kita sebagai mahasiswa bisa turut serta mempromosikannya.”
Sekadar informasi, latar belakang ditetapkannya 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional adalah karena pada tanggal 2 Oktober 2009 silam, batik ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO sebagai warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Reporter : Muhammad Aswat, Muhammad Noor Fadillah, & Salamat Haitami