Utang Indonesia tercatat pada bulan Juni 2018 mencapai Rp 4.227 triliun. Tidak sedikit pengamat yang kemudian menyampaikan analisa maupun kritikan mengenai jumlah utang pemerintah yang terus membengkak.
Dikutip dari cnnindonesia.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan format total utang luar negeri terdiri dari pinjaman luar negeri senilai 726,41 triliun, pinjaman dalam negeri 5,4 triliun serta penerbitan surat berharga negara sebesar 3,4 triliun. Rasio utang terhadap PDB Indonesia tergolong masih diambang yang stabil ini artinya memang utang luar negeri Indonesia besar namun produktifitas dalam negeri tergolong baik sehingga bisa dikatakan utang yang dimiliki ini adalah utang yang produktif untuk menggerakan sektor perekonomian.
Menyikapi hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIMIESPA) FEB ULM mengadakan Seminar Ecsos (Economic Solutions) 2018 pada Kamis, 04 Oktober 2018. Tema yang diusung “Mengawal Utang Sebagai Sumber Pembiayaan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Mencapai Tujuan SDGS”
Jumlah peserta mencapai 550 orang yang dihadiri dari kalangan mahasiswa seluruh Indonesia dan para dosen. Acara ini bertempat di Gedung Mahligai Pancasila Banjarmasin. Mengadirkan para ekonom yang ahli dibidangnya yaitu Drs. H. Aminudin Latif, M.Si Kepala Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Suminto, S. Sos., Msc.,Ph.D Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Dr. Ihda Mukhtiyanto, S.E., M.Sc Kepala Sub Direktorat Pembangunan Pengelolaan Pembiayaan, Dr. Herwanto, S.E.,MBA Kepala Perwakilan Bank Indonesia Regional Kalimantan Selatan, dan Prof.Drs.H.M. Handry Imansyah, MAM,Ph.d seorang pengamat ekonomi.
“Bank Indonesia sudah mengeluarkan langkah-langkah kebijakan terkait dengan pengelolaan nilai tukar saat ini tidak serta merta didiamkan begitu saja. Ada langkah kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia dan otoritas lainnya yaitu OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk mengelola dengan baik dan hati-hati.
Ada beberapa instrument kita lakukan agar pergerakan nilai tukarnya terjaga” ujar Filhaq Amalia perwakilan dari Bank Indonesia dalam penyampaiannya pada saat diskusi.
Moderator diskusi Akhsanul Rahmatullah,S.E.,M.E menyimpulkan bahwa “secara makro kebijakan fiskal tidak dapat berdiri sendiri harus adanya sinergi kebijakan moneter dan sektoril, kemudian dalam mengolah infrastruktur harus hati-hati dan transparan baik itu dari segi kualitas karena agar masyarakat tidak salah presepsi terkait utang luar negeri.”
Rahmatullah selaku Ketua Pelaksana Ecsos 2018 berharap agar seminar ini bisa menjadi tempat pembelajaran bagi semua peserta.
“Dengan berjalannya ecsos ini dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan terhadap mahasiswa seluruh Indonesia secara keseluruhan dan mengetahui ilmu tentang pembiayaan utang serta solusi agar utang bisa diminimalisir.”
Reporter : Indah Lestari