Sejak pertama kali diumumkannya kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020 lalu, kini kasus positif pandemi virus ini tercatat semakin melonjak per harinya. Pada Minggu (22/3/2020) lalu, Gubernur Kalimantan Selatan mengumumkan kasus pertama pasien positif Covid-19 di Banjarmasin, setelah menaikkan status tanggap darurat pada Sabtu (21/3/2020).
Dalam upaya pemutusan mata rantai penyebaran wabah virus ini, pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga jarak fisik aman yang dikenal dengan istilah social distancing. Masyarakat diminta untuk tetap berdiam di rumah apabila tidak ada keperluan yang penting dan mendesak.
Hal ini mengakibatkan sejumlah sekolah dan perguruan tinggi di Kalimantan Selatan tidak terkecuali Universitas Lambung Mangkurat, diharuskan mengganti sistem belajar yang semula tatap muka menjadi sistem belajar via daring (dalam jaringan). Mahasiswa dan dosen tetap bisa melaksanakan perkuliahan walau terhalang oleh jarak. Kesempatan ini banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk “pulang kampung” karena mereka merasa lebih aman jika berada di rumah selama masa karantina ini.
Kebijakan kampus ini menuai berbagai tanggapan dari mahasiswa. Ada sebagian mahasiswa yang mengaku antusias dengan sistem ini karena mereka menganggap bahwa belajar di rumah terbilang lebih santai dan mengasyikkan. Namun, ada sebagian lain yang menganggap bahwa pembelajaran tatap muka jauh lebih efektif dan efisien.
Positifnya, mahasiswa lebih mudah untuk mengakses materi kuliah secara online melalui platform yang disediakan dan juga dapat memanfaatkan teknologi secara luas dalam proses pembelajaran. Mahasiswa yang biasanya malu bertanya atau berdiskusi di kelas, akan menjadi lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya.
Akan tetapi, perkuliahan via online dinilai memberatkan mahasiswa yang diberi tugas oleh dosen lebih banyak dibandingkan perkuliahan tatap muka dengan deadline yang singkat. Mahasiswa juga harus sedikit mengeluarkan biaya lebih untuk kuota internet dalam belajar. Luwesnya sistem ajar ini juga mengakibatkan pembelajaran yang tidak sesuai dengan jadwal dan tergantung pada dosen pengajarnya. Keterbatasan waktu di aplikasi yang digunakan juga membuat mahasiswa sulit untuk memahami materi yang diberikan.
Terlepas dari hal-hal di atas, efektif atau tidaknya tergantung bagaimana masing-masing individu menanggapi dan menyikapi proses pembelajaran. Sejatinya, baik melalui tatap muka maupun via daring jika disikapi dengan bijak tidak akan menjadi permasalahan. Meskipun pembelajaran dilakukan via daring, tetapi hal tersebut tidak mengurangi kewajiban mahasiswa untuk tetap beretika dan memperhatikan dengan baik penjelasan dari dosen. Dengan saling menghargai satu sama lain, mahasiswa bisa mendapatkan kualitas pembelajaran yang lebih efektif sebab para dosen telah berupaya secara maksimal untuk mengajar mahasiswanya.
Selama masa karantina, tetaplah berdiam diri di rumah jika tidak ada keperluan mendesak dan kurangi berkumpul dengan banyak orang. Selain belajar, manfaatkanlah waktu di rumah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Tetaplah jaga kesehatan dan kebersihan diri serta lingkungan sekitar. Semoga segala permasalahan ini cepat berakhir agar dapat kembali beraktivitas seperti biasa.
TIM 1 :
Helma Azizah
Nabilla Febrianur S
Mayra Shafira