Banjarmasin – Dengan dimulainya kegiatan vaksinasi Covid-19 untuk mahasiswa, dosen, serta staf di lingkungan Universitas Lambung Mangkurat secara menyeluruh, perkuliahan tatap muka dicanangkan akan dapat dilaksanakan pada semester depan. Rencananya, perkuliahan akan dimulai dengan system hybrid. Sebenarnya apa itu Sistem Hybrid dan bagaimana dosen pengajar serta mahasiswa menanggapi hal ini ?
Dilansir dari sevima.com, hybrid learning merupakan kombinasi antara metode Perkuliahan daring dengan metode tatap muka. Dalam menjalankan metode ini para pelajar hanya dianjurkan untuk datang dengan kuota 50 persen. Jadi, hanya sebagian mahasiswa yang akan mengikuti perkuliahan tatap muka dan sebagian yang lain tetap melalui online.
Menurut Wakil Dekan 3, Drs. H. Muhammad Saleh, MP., FEB sudah dalam proses persiapan menyambut perkuliahan tatap muka tersebut.
“Secara umum sekarang fakultas sudah menyiapkan untuk kuliah offline. Seluruh dosen dan karyawannya ini divaksin, kemudian mahasiswanya, dimulai dengan ormawa dan diikuti oleh mahasiswa lainnya. Tentu saja mahasiswa harus bersedia divaksin, baik itu di kampus maupun di daerah masing-masing,” jelasnya.
Ia juga berharap bahwa mahasiswa dapat mendukung hal ini dengan tidak menolak untuk divaksin dan mengikuti prosedur serta protokol kesehatan yang ada.
Adapun langkah yang sudah dilakukan FEB dalam proses pemerataan vaksinasi ini adalah membuatkan link pendaftaran vaksin. Hal ini dimaksudkan agar yang belum mendapat vaksin bisa mendaftar sendiri. Dalam hal ini, FEB bekerjasama dengan Polda Kalsel dalam setiap kegiatan vaksinasi.
Kabar tersebut pun disambut baik oleh dosen pengajar FEB ULM. Salah satunya adalah Enny Hardi, S.E. M.Si, AK., Ca. Ia setuju dengan kebijakan perkuliahan tatap muka pada semester depan.
“ Tapi dengan syarat, baik dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan semua yang terlibat aktif di kampus sudah divaksin Covid-19. Kemudian seluruhnya wajib untuk mengikuti protokol kesehatan yang ketat,” tambahnya.
Dari salah satu mahasiswa FEB ULM yang tidak ingin namanya disebutkan juga berpendapat, bahwa ia setuju mengenai akan dilaksanakannya kuliah tatap muka dengan sistem hybrid.
“Aspirasi dari mahasiswa itu sendiri yang seringnya terkendala dalam pembelajaran dengan sistem daring entah itu timbul dari masalah koneksi yang tidak mendukung, perihal ekonomi yang tidak memadai untuk menggunakan handphone/laptop ataupun masalah geografis. Dan juga apabila perkuliahan diadakan secara tatap muka ia berharap mahasiswa yang berhadir tetap menjaga protokol kesehatan dan disertai kesiapan kampus dalam menghadapi kuliah tatap muka ini harus matang, dan juga ia berharap dengan adanya kuliah tatap muka ini dapat meminimalisasi kendala yang di hadapi oleh kebanyakan mahasiswa mengenai kuliah daring,” tuturnya.
Selain itu Wanda Safitri Selah satu Mahasiswa jurusan S1 Akuntansi juga mengatakan setuju dengan adanya perkuliahan hybrid semester depan karena dari segi pertimbangan.
“Saya yakin pihak fakultas dan pihak terkait lainnya sudah mendiskusikan hal ini dengan berbagai pertimbangan yang tentunya dinilai lebih menguntungkan daripada perkuliahan jarak jauh saja. Dari sudut pandang saya sebagai mahasiswa, perkuliahan sistem hybrid ini lebih efektif karena mahasiswa cenderung bosan jika menjalani perkuliahan jarak jauh saja, selain itu mahasiswa baru selama ini hanya menjalankan perkuliahan jarak jauh saja, mahasiswa baru juga harus beradaptasi dan merasakan keuntungan ketika berkuliah secara tatap muka,” tambahnya.
Perkuliahan dengan sistem hybrid ini akan digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan universitas dalam melaksanakan perkuliahan secara semi-offline. Jika program ini berhasil, maka perkuliahan normal seperti sedia kala akan bisa dilaksanakan sehingga kita dapat merasakan atmosfer perkuliahan seperti sebelumnya.
Jurnalis:
Misbahul Khair
Nurjannah
Redaktur:
Aminah Cutari Zahra