Karya : Muhammad Noor Fadillah, S.M.
Hasil Sensus Penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada 2020 menunjukkan dominasi Generasi Z (kelahiran 1997-2012) di Indonesia. Dengan jumlah 74,93 juta jiwa atau 27,94% dari total penduduk Indonesia, jumlah ini menjadi paling besar mengalahkan Generasi Y atau milenial sebesar 69.38 juta, Generasi X 58,65 juta, dan Pre Boomer 5,03 juta (databoks.katadata.co.id, 2021).
Keberadaan Generasi Z atau Gen Z bukan hanya sebatas pengkategorian generasi. Gen Z saat ini diperkirakan berusia 10-25 tahun. Meskipun belum semua Generasi Z memasuki usia produktif yaitu kisaran 15-64 tahun menurut BPS, tetapi sekitar 5 tahun lagi seluruhnya akan masuk usia produktif. Ketika itu terjadi Gen Z memegang peranan
penting dalam banyak lini kehidupan.
Sebagai generasi yang dilahirkan ketika teknologi informasi berkembang pesat, tak heran jika Gen Z punya ciri khas yang menonjol dan membedakannya dengan generasi sebelumnya. Salah satunya adalah kehandalan dalam penguasaan teknologi informasi sejak dini. Mereka bahkan sulit sekali lepas dari perangkat teknologi seperti handphone dan internet. Karena itu beberapa sebutan lain disematkan kepada Gen Z yang menggambarkan perilaku mereka dalam menggunakan teknologi, seperti iGeneration, Generasi Net, Digital-Native, dan Gen Tech.
Kondisi demikian memberi pengaruh besar terhadap pola pikir dan perilaku Gen Z. Dalam dunia kerja misalnya, Gen Z lebih menyukai bekerja dengan memanfaatkan teknologi. Tak heran jika perusahaan rintisan bidang teknologi atau Start-up menjadi tempat kerja yang banyak diminati Gen Z.
Selain perusahaan Start-up, bidang pekerjaan yang berkaitan dengan digital juga banyak diminati seperti youtuber, podcaster, digital marketer, desainer grafis, blogger dan sebagainya. Di tangan Gen Z, media sosial pun tak lagi sekadar wadah mengunggah foto atau tulisan tetapi juga tempat mencari cuan melalui berbagai profesi seperti selebgram, influencer, tiktoker, content creator, dan sebagainya.
Satu profesi yang sekarang juga banyak diperbincangkan karena digitalisasi adalah gamers. Jika dulu bermain game dianggap buang-buang waktu dan menghabiskan uang, tetapi sekarang menjadi primadona baru oleh banyak orang termasuk Gen Z sebagai profesi yang menjanjikan. Menurut data Esport Earning, penghasilan tertinggi pemain e
sport dari hasil turnamen dapat mencapai Rp5,18 miliar (databoks.katadata.co.id, 2022).
Kalau kita ingat-ingat kembali, orang-orang dulu harus bekerja keras hingga meninggalkan kampung halaman hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang memadai. Namun sekarang, digitalisasi memungkinkan orang-orang bekerja dari rumah dan bisa menghasilkan pendapatan besar melalui pekerjaan-pekerjaan yang disebutkan tadi.
Era digital memang tidak hanya menciptakan kemudahan akses informasi tetapi juga akses ke strata ekonomi yang lebih tinggi menjadi semakin terbuka. Siapapun punya kesempatan mendapat pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak. Dipadukan dengan kerja keras dan skill, maka tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai. Bahkan pada banyak kasus cukup bermodalkan berjoget di depan kamera dan mempostingnya ke
media sosial saja sudah bisa mendapatkan penghasilan.
Kondisi ini membuat kita lebih optimis memandang masa depan, khususnya jika dilihat dari sisi ekonomi. Ketika banyak Gen Z dapat memaksimalkan potensi digital di Indonesia, pada akhirnya juga akan berdampak positif terhadap perekonomian negara. Berdasarkan hasil riset dari Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital di Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara pada 2021 atau mencapai USD70 miliar. Potensi ekonomi digital ini diperkirakan akan terus tumbuh hingga mencapai USD146 miliar pada 2025 (kemenperin.go.id, 2022).
Terlebih lagi pekerjaan-pekerjaan digital tidak semuanya bergantung kepada pihak lain. Seorang youtuber misalnya tidak harus menunggu adanya open recruitment dari pihak tertentu melainkan bisa terjun langsung. Semakin sukses seorang youtuber memungkinkan ia menggunakan jasa orang lain untuk mendukung keperluannya. Artinya bukan tidak mungkin Gen Z dengan pekerjaan digital mereka juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Hal ini selaras dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai dari program Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Pekerjaan layak bisa didapatkan dari sektor digital yang punya peluang besar didukung dengan penguasaan teknologi dari para Gen Z. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah lebih baik. Efek lain yang dapat dicapai dari pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi adalah berkurangnya kemiskinan dan ketimpangan yang juga merupakan poin tujuan SDGs.
Sustainable Development Goals memiliki cita-cita mulia yang telah disepakati para pemimpin dunia. Gen Z sebagai penerus pembangunan sekaligus generasi yang diberikan banyak kelebihan menjadi harapan kita semua. Meskipun menanggung beban berat tetapi dengan kreativitas dan semangat juang tinggi, Gen Z akan mampu melewati segala tantangan demi menciptakan kehidupan dunia yang lebih baik di masa mendatang.
Publikasi Hasil Karya Juara 3 Lomba Opini Jurnal Kampus Competition 2022