Banjarmasin – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat (FEB ULM) tengah melakukan sejumlah pembangunan dan perbaikan infrastruktur sejak dimulainya perkuliahan semester ganjil 2024. Proyek ini mencakup renovasi sejumlah ruang kelas di Gedung A serta pembangunan fasilitas tambahan di atas Gedung C. Langkah ini telah menarik perhatian mahasiswa yang penasaran dengan tujuan dan alasan di balik proyek ini.
Dr. Asrid Juniar, SE., MM., selaku Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Alumni menjelaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk meningkatkan standar fasilitas yang tidak hanya berorientasi nasional, tetapi juga mendekati standar internasional. Beliau mengungkapkan bahwa proyek ini dilakukan dengan tetap memperhatikan kepentingan mahasiswa, terutama dalam hal pembiayaan.
“Di Malaysia, standar infrastruktur pendidikan sudah sangat maju dan menjadi patokan nasional. Kita ingin menuju ke arah sana dengan standar yang lebih tinggi, bahkan mendekati standar hotel sehingga gedung-gedung ini bisa disewakan untuk berbagai kegiatan, memberikan pemasukan tanpa membebani mahasiswa,” ujar Asrid dalam wawancara.

Ia mengungkapkan bahwa ULM merupakan salah satu perguruan tinggi yang tidak memungut uang gedung dari mahasiswa, sehingga dana pembangunan dialokasikan dari sumber lain untuk menambah fasilitas yang menunjang kegiatan mahasiswa.
Beliau juga menjelaskan bahwa pembangunan yang ada di atas Gedung C merupakan gudang untuk menyimpan barang-barang milik negara yang dikembalikan ke universitas dan tidak dapat dijual. Dikarenakan gudang universitas yang ada saat ini sudah penuh, sehingga diperlukan ruang penyimpanan tambahan.
Fokus pembangunan ini tidak hanya pada infrastruktur fisik, tetapi juga mendukung visi internasionalisasi kampus. Asrid menjelaskan bahwa tahun depan, fakultas akan fokus pada pengembangan universitas bertaraf internasional, yang mengharuskan mahasiswa memiliki kesiapan untuk mengikuti kegiatan internasional, termasuk memiliki paspor.
“Meski bertahap, kita mendorong mahasiswa agar siap menjadi bagian dari komunitas global,” tambahnya.
Pembangunan Gedung A dan C diperkirakan selesai pada akhir tahun 2024. Namun, proyek ini bukan tanpa tantangan. Salah satu kendala utama adalah keterbatasan anggaran. Kebijakan universitas yang tidak memungut biaya gedung membuat fakultas harus mencari sumber pendanaan lain, seperti dari pemerintah dan berbagai hibah. Selain itu, pengelolaan anggaran diharuskan memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yang mempersulit pengadaan barang karena harus berasal dari dalam negeri.
Saat ini, ULM berstatus Satuan Kerja (Saker) dan belum menjadi Badan Layanan Umum (BLU) yang mengelola anggarannya sendiri. Status ini membatasi fleksibilitas pendanaan, sehingga berbagai rencana peningkatan fasilitas harus dijalankan secara bertahap.
“Kalau sudah BLU, pendanaan bisa dikelola seperti perusahaan, tapi sekarang masih bergantung pada Kementerian Keuangan,” jelas Asrid.
Kedepannya, pembangunan Gedung A dan C ini diharapkan dapat berfungsi sebagai katalisator untuk transformasi kampus menuju standar internasional. Proyek ini, yang sebagian besar dibiayai oleh Islamic Development Bank (IDB), mencakup pembangunan ruang kelas dengan standar internasional di Gedung C dan ruang teater di Gedung A.
“Kita secara bertahap menuju internasional, baik itu dari mahasiswanya, sarana-prasarana, dosennya, maupun fasilitas lainnya. Program ini untuk memupuk jejaring antar mahasiswa yang lebih luas,” tegas beliau.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM berharap bahwa inisiatif pembangunan ini mampu mempersiapkan mahasiswa menjadi bagian dari masyarakat global, dengan kualitas pendidikan yang setara dengan universitas bertaraf internasional. Di saat yang sama, universitas tetap berkomitmen untuk mempertahankan kebijakan yang tidak membebani mahasiswa, mewujudkan visi pendidikan yang inklusif dan modern.
Jurnalis: Rizky Amalliah Rafina Jayanti Redaktur: Nur Jaidah